Senin, 03 Maret 2014

SEKILAS TENTANG PENELITIAN KUALITATIF BAG II

  
    3.    Manfaat dan prosedur observasi dalam penelitian kwalitatif
Observasi peran serta adalah suatu cara untuk pengumpulan data yang diinginkan dengan jalan mengadakan pengamatan secara langsung, teknik ini meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap sesuatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indra.[1] Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang sangat lazim dalam metode penelitian kualitatif. Observasi hakikatnya merupakan kegiatan dengan menggunakan pancaindera, bisa penglihatan, penciuman, pendengaran, untuk memperoleh informasi yang diperlukan untuk menjawab masalah penelitian. Hasil observasi berupa aktivitas, kejadian, peristiwa, objek, kondisi atau suasana tertentu, dan perasaan emosi seseorang. Observasi dilakukan untuk memperoleh gambaran riil suatu peristiwa atau kejadian untuk menjawab pertanyaan penelitian.
Menurut Patton dalam Sugiyono[2],, diantara manfaat observasi  antara lain adalah :(1) Peneliti akan lebih mampu memahami konteks data dalam keseluruhan situasi sosial dan dapat diperoleh pandangan yang holistik atau menyeluruh, (2)  peneliti akan memperoleh pengalaman langsung sehingga memungkinkan menggunakan pendekatan induktif dan tidak dipengaruhi oleh konsep atau pandangan sebelumnya karena pendekatan induktif membuka kemungkinan melakukan penemuan, (3) peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang atau tidak diamati oleh orang lain -khususnya orang yang berada dalam lingkungan itu- karena telah dianggap “biasa” sehingga tidak terungkap dalam wawancara, (4)   peneliti dapat menemukan hal-hal yang tidak akan pernah diungkap oleh responden dalam wawancara karena bersifat sensitif, ingin ditutupi karena dapat merugikan nama lembaga, (5)  peneliti dapat menemukan hal-hal yang diluar persepsi responden sehingga diperoleh gambaran yang lebih komprehensif, (6)  peneliti dapat mengumpulkan daya yang kaya, kesan-kesan pribadi, dan merasakan situasi sosial yang diteliti.
Secara khusus, dalam penelitian ini , penggunaan teknik ini dimaksudkan untuk mengamati secara langsung kondisi faktual strategi pengembangan pendidikan Islam multikultural di objek penelitian . Hal ini sangat dimungkinkan, karena peneliti berhadapan langsung dengan sasaran penelitian. Disini sifat naturalistik dan makna ragam realitas dapat diamati dan dirasakan langsung oleh peneliti, yang tidak dapat dikerjakan oleh instrumen non human seperti koesioner.

Objek penelitian yang diobservasi dinamakan situasi sosial,  yang meliputi antara lain :  (1)  tempat berlangsungnya interaksi, misalnya; di ruang kelas, bengkel kerja, instansi, dll, (2)  pelaku atau orang-orang yang sedang “memainkan” peran tertentu untuk diobservasi, contohnya; orang tua murid, guru, narasumber, dsb., (3)   kegiatan yang dilakukan oleh pelaku,misalnya; KBM, upacara adat, musyawarah, dll., (4) objek yaitu benda-benda yang mendukung observasi di sekitar lingkungan yang sedang diobservasi, (5)  perbuatan atau tindakan-tindakan tertentu, (6) rangkaian aktivitas yang dikerjakan oleh pelaku-pelaku yang diobservasi, (7)  urutan kegiatan pada saat melakukan tindakan-tindakan tertentu, (8)  tujuan yang ingin dicapai pada rangkaian aktivitas yang dilakukan, (9) perasaan yang dirasakan dan diekspresikan oleh pelaku pada saat melakukan ramgkaian aktivitas[3]
Adapun prosedur dan tahapan observasi meliputi : (1) Observasi deskriptif . Pada tahap ini peneliti belum membawa masalah yang akan diteliti sehingga peneliti melakukan penjelajahan umum dan menyeluruh, melakukan deskripsi terhadap semua yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Semua data direkam akibatnya hasil observasi disimpulkan dalam keadaan yang belum tertata (kesimpulan pertama). (2) Observasi terfokus, Pada tahap ini peneliti sudah melakukan penyempitan observasi untuk difokuskan pada aspek tertentu. Observasi ini disebut observasi terfokus karena pada tahap ini peneliti melakukan analisis taksonomi sehingga dapat menemukan fokus. (3)  Observasi terseleksi, Pada tahap ini, peneliti telah menguraikan fokus yang ditemukan sehingga datanya lebih rinci.  Pada tahap ini, peneliti telah menemukan karakteristik, persamaan atau perbedaan, kesamaan antarkategori, serta menemukan pola hubungan antara satu kategori dengan kategori yang lain 

4.    Perbedaan rancangan penelitian multikasus dengan multi situs 
Studi multikasus adalah rancangan penelitian yang mengkaji dua atau lebih subjek, latar atau tempat penyimpanan data penelitian. Bogdan R,C & Biklen menyebutkan bahwa tatkala peneliti mempelajari dua bidang atau lebih atas penyimpanan data, peneliti biasanya menggunakan apa yang kita sebut studi multi kasus.  Multi-case studies  mempunyai berbagai ragam bentuk, beberapa diantaranya memulai dengan hanya satu kasus untuk memiliki pekerjaan utama sebagai seri pertama dalam penelitian atau sebagai pemandu (pilot) untuk studi multi kasus. Ada penelitian lain sebelumnya tentang sigle case study, tetapi masih kurang intens, kurang menyeluruh dan kurang mencakup aspek lain dengan tujuan menjawab keseluruhan pertanyaan. Peneliti-peneliti lain melakukan comparatitve case studies. Dua penelitian kasus atau lebih sudah dilakukan kemudian dipelajari persamaan dan perbedaannya)
Penelitian berbasis kasus adalah penelitian kualitatif yang menggunakan kasus untuk menjelaskan suatu fenomena dan mengkaitkannya dengan teori tertentu[4]. Istilah penelitian berbasis kasus mengemuka karena berkembangnya fakta bahwa penelitian kualitatif lebih menekankan kualitas dan kedalaman analisis terhadap obyek penelitian. Pada hampir di seluruh jenis penelitian kualitatif, obyek penelitian dikaji tidak dari sudut permukaan yang dangkal atau bagian per-bagian, tetapi dikaji secara menyeluruh dan terperinci. Menurut penelitian berbasis kasus, obyek penelitian yang dipandang secara demikian disebut sebagai ‘kasus’. Mengacu pada pemahaman ini, Banguin memasukkan hampir seluruh jenis penelitian kualitatif, termasuk penelitian grounded theory, ethnografi, phenomenologi, dan penelitian studi kasus ke dalam jenis penelitian berbasis kasus.
Studi kasus dapat diartikan sebagai: an intensive, holistic description, and analysis of a single instance, phenomenon, or social unit[5]. Pengertian tersebut memberikan penjelasan bahwa pada dasarnya studi kasus adalah suatu strategi penelitian yang mengkaji secara rinci atas suatu latar atau satu orang subjek atau satu peristiwa tertentu. Studi kasus merupakan sarana utama bagi penelitian emik, yakni penyajikan pandangan subjek yang diteliti sehingga dapat ditemukan konsistensi internal yang tidak hanya merupakan konsistensi gaya dan konsistensi faktual tetapi juga keterpercayaan (trustworthiness). Dipilihnya studi kasus sebagai rancangan penelitian karena peneliti ingin mempertahan-kan keutuhan subjek penelitian. Peneliti juga beranggapan bahwa fokus penelitian kualitatif biasanya akan lebih mudah dijawab dengan desain studi kasus.
Hingga saat ini masih terus berlangsung perdebatan tentang posisi ‘kasus’ sebagai obyek penelitian dalam penelitian kualitatif pada umumnya dan khususnya pada penelitian studi kasus. Banyak peneliti yang memandang bahwa setiap obyek penelitian, khususnya obyek pada penelitian kualitatif adalah ‘kasus’, Konsekuensinya, semua penelitian kualitatif adalah penelitian studi kasus. Oleh karena itu, di dalam banyak laporan penelitian, khususnya penelitian kualitatif, kata-kata ‘studi kasus’ banyak dicantumkan sebagai bagian dari judul. Beberapa peneliti yang sekaligus juga penulis, seperti Stake (1994, 2005), Creswell (1998, 2007), dan Yin (1994, 2003a, 2003b, 2009) menolak anggapan demikian. Mereka berupaya menunjukkan perbedaan antara penelitian studi kasus dengan penelitian berbasis kasus. Mereka memandang bahwa penelitian studi kasus merupakan salah satu jenis penelitian dalam penelitian kualitatif yang memiliki kedudukan yang sama seperti halnya dengan jenis strategi penelitian kualitatif yang lain, seperti penelitian ethnografi, phenomenologi, grounded theory, dan biografi.
Secara khusus, pada tahun 1982, Yin[6] memperkenalkan penelitian studi kasus sebagai metoda penelitian tersendiri, yang terpisah dan berbeda dari ragam penelitian kualitatif yang lain. Yin lebih memperjelas pendapatnya dengan menulis buku khusus yang secara terperinci menjelaskan argumen, kriteria dan proses penelitian studi kasus, yang telah diterbitkan hingga empat edisi yaitu pada tahun 1986, 1994, 2003, dan 2009. Pendapat Yin tersebut mendapatkan banyak tanggapan. Sebagian besar tidak menentangnya, tetapi cenderung mendukung dengan menambahkan argumen-argumen untuk lebih mempertegas kekhususan posisi, kedudukan, dan memperjelas arahan penggunaannya. Dalam makalah ini akan di bahas secara ringkas tentang desain penelitian studi kasus.
Intinya, kalau, kasusnya tunggal, maka disebut studi kasus, yakni jenis penelitian yang berupaya melakukan eksplorasi terhadap suatu latar (a detailed examination of one setting), atau satu peristiwa tertentu (one particular event), atau satu subjek (one single subject) atau satu tempat penyimpanan dokumen (one single depository of document) dengan cara menginvestigasi secara eksploratif, deskriptif dan utuh (wholeness) fenomena sementara dalam konteks kehidupan nyata (real live context). Tetapi kalau kasusnya dua atau lebih, maka disebut studi multi kasus , yakni rancangan penelitian yang mengkaji dua atau lebih subjek, latar atau tempat penyimpanan data penelitian. Dalam penelitian studi multikasus, diasumsikan diantara kasus yang satu dengan kasus lainnya memiliki karakteristik yang berbeda [7].
Sedangkan Studi multisitus is a qualitative research approach that we designed to gain an in-depth knowledge of an organizational phenomenon that had barely been researched: strategic scanning. Rancangan studi multi-situs adalah suatu rancangan penelitian kualitatif yang melibatkan beberapa situs, tempat dan subjek penelitian. Subjek-subjek penelitian tersebut diasumsikan memiliki karakteristik yang sama. Sebagaimana dikemukakan oleh Bogdan dan Biklen[8], studi multi-situs merupakan salah satu bentuk penelitian kualitatif yang memang dapat digunakan terutama untuk mengembangkan teori yang diangkat dari beberapa latar penelitian yang serupa, sehingga dapat dihasilkan teori yang dapat ditrasfer ke situasi yang lebih luas dan lebih umum cakupannya. Pada dasarnya studi multi-situs mempunyai prinsip sama dengan studi kasus tunggal dan  multi-kasus, perbedaanya terletak pada pendekatan. Studi multi-kasus dalam mengamati suatu kasus berangkat dari kasus tunggal ke kasus-kasus berikutnya, sehingga kasus yang diteliti memiliki dua atau lebih. Penelitian dengan multi-situs menggunakan logika yang berlainan dengan pendekatan studi multi-kasus, karena arahnya lebih banyak untuk mengembangkan teori kecenderungan memiliki banyak situs daripada dua atau tiga. Menurut Bogdan dan Biklen pendekatan situs tunggal dan  multi situs memiliki dua jenis studi, yaitu induksi analitis modifikasi dan metode komparatif konstan.

A.                           Prosedur analisis data model Miles dan Haberman
Analisis data adalah proses mengatur urutan data mengorganisasikan kedalam suatu pola, kategori dan satuan uraian data. Ia merupakan proses secara sistematis untuk mengkaji transkrip wawancara, catatan lapangan, dokumentasi dan hal-hal lain.  Menurut Bogdan dan Biklen[9] analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mendeskripsikannya mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Analisis data kualitatif bersifat induktif analitik yang menekankan pada pemaknaan kekhususan suatu kasus dan bukan keumumannya (nomotetik).
Mengingat penelitian ini menggunakan rancangan studi multikasus, maka dalam menganalisis data dilakukan dua tahap : (a) Analisis data kasus individu dan (b) Analsis data lintas kasus[10]
(1)      Analisis data kasus/situs individu ( individual case/situs analisys)
Analisa data kasus individu dilakukan pada masing-masing objek. Dalam menganalisis, peneliti melakukan interpretasi terhadap data berupa kata-kata sehingga diperoleh makna (meaning). Karena itu analisis dilakukan bersama-sama dengan proses pengumpulan data, serta setelah data terkumpul.
Menurut  Miles dan Huberman[11]  analisis data terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu : reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan, baik kesimpulan sementara, lalu diverifikasi maupun kesimpulan akhir, yang secara skematis dapat dilihat pada dua gambar berikut :

Gambar I : alur analisis
 

Dalam penelitian ini penganalisisannya meliputi kegiatan-keigatan:  penentuan fokus penelitian sesuai dengan yang direncanakan atau perlu diubah,  penyusunan temuan-temuan,  pembuatan rencana pengumpulan data berikutnya berdasarkan temuan-temuan sebelumnya, pengembangan pertanyaan-pertanyaan analitik untuk mengumpulkan data berikutnya dan  penetapan sasaran-sasaran pengumpulan data .
1. Reduksi data
Reduksi data merupakan upaya peneliti untuk memilih, menfokuskan dan mentransformasikan data berserakan dari catatan lapangan. Reduksi data sebagai bagian dari kegiatan analisis, maka peneliti melakukan analisis sekaligus memilah dan memilih mana data yang dikode, mana yang diperlukan dan mana yang dibuang. Itulah sebabnya reduksi merupakan kegiatan menggolongkan, mengarahkan, meringkas, mengkode, menemukan tema, mengkatagori, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan data sedemikian rupa hingga dapat mengambil kesimpulan. Proses reduksi berlangsung selama penelitian di lapangan sampai pelaporan selesai.

2. Penyajian data
Penyajian data merupakan upaya peneliti untuk menyajikan data sebagai suatu informasi yang memungkinkan untuk mengambil kesimpulan. Disini peneliti berupaya membangun teks naratif sebagai suatu informasi yang terseleksi, simultan dan sistematis dalam kesatuan bentuk (gestalt) yang kuat. sehingga data yang diperoleh dapat menjelaskan atau menjawab masalah yang di teliti.
Penyajian data masing-masing kasus didasarkan pada fokus penelitian yang mengarah pada pengambilan kesimpulan sementara yang kemudian menjadi temuan penelitian. Disamping penyajian data melalui teks naratif juga akan digunakan matrik atau bagan yang dapat memudahkan peneliti membangun hubungan antara teks yang ada, sehingga tersusun secara sistematis dalam bentuk yang padat dan mudah difahami, yang pada gilirannya akan memudahkan pula dalam penarikan kesimpulan dari data yang ditemukan.

          3. Penarikan kesimpulan/verifikasi
Penarikan kesimpulan atau verifikasi merupakan kegiatan lanjutan dari reduksi dan penyajian data, dimana peneliti mencari makna secara holistik dari berbagai proposisi yang ditemukan mengenai fokus penelitian. Dalam konteks ini makna holistik sebagai suatu kesimpulan masih memerlukan verifikasi ulang pada catatan lapangan atau diskusi dengan teman sejawat. Dengan kata lain kesimpulan yang dibuat masih ada peluang untuk menerima masukan. Penarikan kesimpulan sementara masih dapat diuji kembali dengan data di lapangan, dengan cara merefleksi kembali. Disamping  itu, peneliti dapat bertukar pikiran dengan teman sejawat, atau dengan cara triangulasi sehingga kebenaran ilmiah dapat mendekati kesempurnaan.[12] 

(2)   Analisis data lintas kasus / situs (Cross case/situs analisys)
Analisa lintas kasus dimaksudkan sebagai proses membandingkan temuan-temuan yang diperoleh dari masing-masing kasus, sekligus sebagai proses memadukan antar ketiga kasus. Pada awalnya temuan yang diperoleh di Kasus I, disusun kategori dan tema,dianalisis secara induktif konseptual dan dibuat penjelasan naratif yang tersususn menjadi proposisi tertentu yang selanjutnya dikembangkan menjadi teori substantif I.
Proposisi-proposisi dan teori substantif I selanjutnya dianalisis dengan cara membandingkan dengan proposisi-proposisi dan teori substantif II  untuk menemukan perbedaan karakteristik dari masing-masing kasus sebagai konsepsi teoritik berdasarkan perbedaan. Distingsi kedua kasus ini dijadikan temuan sementara untuk selanjutnya dikonfirmasikan pada kasus berikutnya atau kasus III.
Pada tahap terakhir dilakukan analisys secara simultan untuk merekonstruksi dan menyusun konsepsi tentang persamaan kasus I, II dan III secara sistematis. Selanjutnya dilakukan analisis lintas kasus antara kasus I, II dan III  dengan teknik yang sama. Analisis terakhir ini dimaksudkan untuk menyusun konsepsi sistematis berdasarkan hasil analisis data dan interpretasi teoritik yang bersifat naratif berupa proposisi-proposisi lintas kasus yang selanjutnya dijadikan bahan untuk mengembangkan temuan teori substantif .
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis lintas kasus ini meliputi : (1) menggunakan pendekatan induktif konseptualistik yang dilakukan dengan membandingkan dan memadukan temuan konseptual dari masing-masing kasus individu, (2) Hasilnya dijadikan dasar untuk menyususn pernyataan konseptual atau proposisi-proposisi lintas kasus, (3) Mengevaluasi kesesuaian proposisi dengan fakta yang menjadi acuan, (4) Merekonstruksi proposisi-proposisi sesuai dengan fakta masing-masing kasus individu, dan (5)  Mengulangi proses ini sesuai kebutuhan sampai batas kejenuhan[13].
Ada dua macam analisis data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu(1) analisis data dalam situs, dan (2) analisis data lintas situs,   Contoh :
a.        Analisis Data Dalam Situs
Analisis data dalam situs di dalam penelitian ini maksudnya analisis data di setiap sekolah yang dijadikan situs penelitian, Oleh karena data kualitatif terdiri dari kata-kata dan bukan angka-angka, maka penganalisisan datanya dilakukan seperti yang dianjurkan oleh Bogdan dan Biklen, Miles dan Huberman, dan Schlegel, yaitu dimulai sejak atau bersamaan dengan pengumpulan datanya dan setelah pengumpulan data selesai. Penganalisisan data yang dilakukan bersamaan dengan pengumpulan data meliputi kegiatan-kegiatan: (1) penetapan fokus penelitian apakah tetap sebagaimana yang telah direncanakan atau perlu ada perubahan; (2) penyusunan temuan-temuan; (3) pembuatan rencana pengumpulan data berikutnya berdasarkan temuan dari pengumpulan data sebelumnya; (4) pengembangan pertanyaan-pertanyaan analitik untuk pengumpulan data berikutnya; dan (5) penetapan sasaran pengumpulan data berikutnya. Kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan dengan tujuan untuk memahami data yang telah dikumpulkan dan untuk memikirkan peluang-peluang pengumpulan data berikutnya, sehingga kualitasnya menjadi lebih baik dalam rangka penyempurnaan data yang kurang dan menguji hipotesis-hipotesis dan gagasan-gagasan yang muncul selama pengumpulan data.
Selanjutnya, setelah seluruh data yang diperlukan selesai dikumpulkan, semua catatan lapangan yang telah dibuat selama pengumpulan data dianalisis lebih lanjut secara lebih intensif dan seksama. Penganalisisan yang demikian itu disebut dengan analisis setelah pengumpulan data. Langkah-langkah yang ditempuh dalam analisis data setelah pengumpulan data itu sebagai berikut.
Pertama, dilakukan sistem kategori pengkodean. Dengan sistem ini, data penelitian dikelompokkan menurut kategori yang dibuat. Dalam rangka itu, semua data yang berupa catatan lapangan dan ringkasan data situs sementara, dibaca dan ditelaah secara seksama. Berdasarkan penelaahan tersebut kemudian diidentifikasi topik-topik liputan. Setiap topik liputan dibuatkan kode yang menggambarkan topik tersebut.
Langkah kedua dalam analisis setelah pengumpulan data adalah pengelompokan dan pemilahan data berdasarkan kode topik liputan. Setelah kode-kode tersebut dibuat lengkap dengan pembatasan operasionalnya dan dituliskan pada sebelah kiri (kolom koding) di setiap liputan yang sesuai, maka selanjutnya dilakukan pengelompokan dan pemilahan data berdasarkan kode masing-masing liputan. Pengelompokan dan pemilahan ini dilakukan dengan menggunting catatan lapangan, transkrip wawancara, dan atau trakskrip dokumentasi berdasarkan kelompok kode yang sama, dan kemudian menempelkan kembali pada lembaran kertas berdasarkan fokus penelitian.
Untuk mempermudah pelacakannya pada catatan lapangan, transkrip wawancara,dan atau transkrip dokumentasi dan ringkasan situs sementara yang asli, maka sebelum dilakukan pengguntingan semua lembar data difotocopy terlebih dahulu. Di samping itu, untuk memperjelas kedudukan data dan mempermudah pelacakannya pada catatan lapangan, transkrip wawancara, dan atau transkrip dokumentasi, maka di bagian bawah sebelah kanan setiap satuan data tersebut diberi kode notasi.
Langkah ketiga dalam analisis setelah pengumpulan data adalah peringkasan atau kesimpulan data pada situs tersebut. Simpulan-simpulan data ini disusun dan diletakkan di setiap akhir paparan data setiap subfokus penelitian pada situs tersebut. Untuk memperjelas simpulan data, maka pada simpulan-simpulan tertentu, data itu dilengkapi dengan pembuatan bagan atau chart tentang isi simpulan yang dimaksud.
Langkah keempat sebagai langkat terakhir dalam analisis setelah pengumpulan data pada tiap situs penelitian adalah perumusan temuan penelitian. Temuan penelitian ini disusun dalam bentuk susunan proposisi yang bertolak dari temuan sementara pada masing-masing situs. Proposisi-proposisi ini disusun dan diletakkan pada bagian akhir dari paparan dan simpulan data pada situs tersebut. Berdasarkan simpulan data dan proposisi-proposisi tersebut dibuatlah diagram yang menggambarkan teori yang ditemukan pada  situs tersebut[14].
b.   Analisis Data Lintas Situs
Jenis analisa ini hanya dapat digunakan pada studi multi situs. Analisis data lintas situs dimaksudkan untuk memadukan dan mem-bandingkan temuan-temuan yang dihasilkan dari seluruh situs. Langkah-langkah yang ditempuh dalam analisis data lintas situs ini sebagai berikut.
Langkah pertama peneliti membuat pengelompokan situs penelitian. Misal dari empat situs penelitian dikelompokkan menjadi dua, yaitu (1) situs kelompok X terdiri atas situs 1 dan situs 2, dan (2) situs kelompok Y yang terdiri atas situs 3 dan situs 4. Pengelompokan ini didasarkan atas kesamaan karakteristik tertentu yang terlihat sebelum pengumpulan data dilakukan. Langkah kedua adalah melakukan analisis lintas situs dalam satu kelompok situs. Berdasarkan temuan-temuan yang dihasilkan pada masing-masing situs yang tersusun dalam bentuk proposisi-proposisi tertentu,
Langkah ketiga adalah melakukan analisis lintas kelompok situs. Temuan-temuan sementara kelompok situs X dipadukan kesamaan dan dibandingkan perbedaannya dengan temuan-temuan sementara kelompok situs Y, sehingga menghasilkan temuan-temuan lintas kelompok situs XY. Temuan-temuan lintas kelompok situs ini berupa pernyataan-pernyataan konseptual atau proposisi-proposisi lintas kelompok situs. Temuan-temuan inilah yang merupakan temuan teoretik-substantif sebagai temuan akhir penelitian. Untuk keperluan analisis data secara keseluruhan, dibuatlah diagram yang menggambarkan langkah-langkah mulai dari mengembangkan konsep sampai dengan analisis lintas situs[15].

5.      Empat jenis teknik analisis data kualitatif Spredley
a.       Analisis Domaian (Domaian Analysis)
Analisis domain pada hakikatnya adalah upaya peneliti untuk memperoleh gambaran umum tentang data untuk menjawab fokus penelitian. Caranya ialah dengan membaca naskah data secara umum dan menyeluruh untuk memperoleh domain atau ranah apa saja yang ada di dalam data tersebut. Pada tahap ini peneliti belum perlu membaca dan memahami data secara rinci dan detail karena targetnya hanya untuk memperoleh domain atau ranah. Hasil analisis ini masih berupa pengetahuan tingkat “permukaan” tentang berbagai ranah konseptual. Dari hasil pembacaan itu diperoleh hal-hal penting dari kata, frase atau bahkan kalimat untuk dibuat catatan pinggir.
b.      Analisis Taksonomi (Taxonomi Analysis)
Pada tahap analisis taksonomi, peneliti berupaya memahami domain-domain tertentu sesuai fokus masalah atau sasaran penelitian. Masing-masing domain mulai dipahami secara mendalam, dan membaginya lagi menjadi sub-domain, dan dari sub-domain itu dirinci lagi menjadi bagian-bagian yang lebih khusus lagi hingga tidak ada lagi yang tersisa, alias habis (exhausted). Pada tahap analisis ini peneliti bisa mendalami domain dan sub-domain yang penting lewat konsultasi dengan bahan-bahan pustaka untuk memperoleh pemahaman lebih dalam.
c.       Analisis Komponensial (Componential Analysis)
Pada tahap ini peneliti mencoba mengkontraskan antar unsur dalam ranah yang diperoleh . Unsur-unsur yang kontras dipilah-pilah dan selanjutnya dibuat kategorisasi yang relevan. Kedalaman pemahaman tercermin dalam kemampuan untuk mengelompokkan dan merinci anggota sesuatu ranah, juga memahami karakteristik tertentu yang berasosiasi. Dengan mengetahui warga suatu ranah, memahami kesamaan dan hubungan internal, dan perbedaan antar warga dari suatu ranah, dapat diperoleh pengertian menyeluruh dan mendalam serta rinci mengenai pokok permasalahan.
d.      Analisis Tema Cultural (Discovering cultural themas)
Analisis Tema Kultural adalah analisis dengan memahami gejala-gejala yang khas dari analisis sebelumnya. Analisis ini mencoba mengumpulkan sekian banyak tema, fokus budaya, nilai, dan simbol-simbol budaya yang ada dalam setiap domain. Selain itu, analisis ini berusaha menemukan hubungan-hubungan yang terdapat pada domain yang dianalisis, sehingga akan membentuk satu kesatuan yang holistik, yang akhirnya menampakkan tema yang dominan dan mana yang kurang dominan. Pada tahap ini yang dilakukan oleh peneliti adalah: (1) membaca secara cermat keseluruhan catatan penting, (2) memberikan kode pada topik-topik penting, (3) menyusun tipologi, (4) membaca pustaka yang terkait dengan masalah dan konteks penelitian. Berdasarkan seluruh analisis, peneliti melakukan rekonstruksi dalam bentuk deskripsi, narasi dan argumentasi. Sekali lagi di sini diperlukan kepekaan, kecerdasan, kejelian, dan kepakaran peneliti untuk bisa menarik kesimpulan secara umum sesuai sasaran penelitian[16]..

6.      Pengecekan data kualitatif
Pengecekan data kualitatif harus dilakukan sendiri oleh peneliti, karena dalam penelitian kwalitatif instrumen kuncinya adalah peneliti sendiri. Dengan kata lain untuk dapat memahami makna terhadap fenomena dan simbol-simbol strategi pengembangan pendidikan Islam berbasis multikultural di tiga pondok pesantren diatas, dibutuhkan keterlibatan dan penghayatan langsung peneliti terhadap objek di lapangan. Oleh karena itu instrumen kunci dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri.  Keuntungan peneliti sebagai instrumen kunci adalah karena sifatnya  yang responsif dan adabtable, sehingga peneliti dapat menekankan pada keutuhan (holistic), mengembangkan dasar pengetahuan (processual immediacy) dan mempunyai kesempatan untuk mengklarifikasi dan meringkas (opportunity for clarivication and zummarization)  serta dapat memanfaatkan  kesempatan untuk menyelidiki respon yang istimewa, ganjil atau khas (explore a typical or idiosyncratic responses).
Mengingat peneliti merupakan instrument kunci untuk memahami situasi dan setting lapang, maka peneliti membangun keakraban dengan para informan. Selama penelitian, peneliti berada di lokasi untuk mengadakan pengamatan agar diperoleh informasi dan data yang lengkap untuk pengungkap makna yang di butuhkan, peneliti juga mengkaji kembali data-data yang telah diperoleh melalui pengamatan, dokumentasi maupun hasil wawancara untuk menetapkan apakah suatu data yang diperoleh sifatnya umum atau cukup mendalam sesuai dengan fokus penelitian. Atas dasar itulah maka kehadiran peneliti di lapangan untuk menemukan makna dan tafsiran dari subjek tidak dapat digantikan oleh alat lain.
Adapun macam-macam teknik pengecekan keabsahan data dalam penelitian kwalitatif, sebagaimana dianjurkan oleh Lincoln dan Guba[17] antara lain : Credibelity (derajat kepercayaaan), Transferability (keteralihan), Dependability (kebergantungan), dan Confirmability (kepastian).
1.      Credibility (derajat Kepercayaan)
Dalam melakukan penelitian kwalitatif  yang notabene naturalistik, instrumen kunci penelitiannya adalah peneliti sendiri. Karena itu, untuk menghindari  kemungkinan terjadinya  going native  atau kecenderungan kepurbasangkaan (bias), diperlukan adanya pengujian keabsahan data (Credibility)
Kridebilitas data adalah upaya peneliti untuk menjamin kesahihan atau keabsahan data dengan mengkonfirmasikan anatra data yang diperoleh dengan objek penelitian, tujuannya adalah untuk membuktikan bahwa apa yang diamati peneliti sesuai dengan apa yang sesungguhnya ada dan sesuai dengan apa yang sebenarnya terjadi pada objek penelitian.
Secara umum teknik kridebilitas ini berfungsi: Pertama, melaksanakan inkuiri sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan terhadap data dapat tercapai. Kedua, mempertunjukkan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda yang sedang diteliti. Penggunaaan teknik ini meliputi : (1) Perpanjangan keikut sertaan, (2) ketekukan pengamatan, (3) Trianggulasi, (baik triangulasi sumber, metode, situasi, data, dll),  (4) Pengecekan sejawat, (5) Kecukupan referensi, (6)  Kajian kasus negative, dan (7)  Pengecekan Anggota.
Keikut sertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan data. Perpanjangan keikutsertaan peneliti pada latar penelitian akan dapat meningkatkan derajat kepercayaan data yang dikumpulkan, hal tersebut karena penelitian kualitatif berorientasi pada situasi, sehingga dengan perpanjangan keikutsertaaan dapat memastikan apakah konteks penelitian dipahami dan dihayati dengan baik.  Adapun ketekunan pengamatan adalah dimaksudkan untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. Dengan kata lain jika perpanjangan keikutsertaan menyediakan lingkup, maka ketekunan pengamatan menyediakan kedalaman.
Sedangkan trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik trianggulasi yang paling banyak digunakan dalam penelitian ini ialah pemeriksaan melalui sumber. Triangulasi dalam penelitian ini diklasifikasi menjadi lima macam, yakni trianggulasi sumber, trianggulasi metode, trianggulasi penyidik, trianggulasi teori dan triangulasi situasi.
Sementara pemeriksaan sejawat melalui diskusi, dilakukan  dengan cara mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi analitik dengan rekan-rekan sejawat.adapun maksudnya adalah sbb; (a) Untuk membuat agar peneliti tetap mempertahankan sikap terbuka dan kejujuran. Dalam diskusi analitik tersebut kemencengan peneliti disingkap  dan pengertian mendalam ditelaah yang nantinya menjadi dasar bagi klarifikasi penafsiran. (b) diskusi dengan teman sejawat memberikan kesempatan awal yang baik untuk menjajaki dan menguji temuan peneliti.
Kemudian, teknik  analisis kasus negative dilakukan dengan jalan menggumpulkan contoh dan kasus yang tidak sesuai dengan pola dan kecenderungan informasi yang telah dikumpulkan dan digunakan sebagai bahan pembanding.  Kasus negative juga digunakan sebagai upaya meningkatkan argumentasi penemuan. Sementara teknik kecukupan referensial digunakan sebagai alat untuk menampung dan menyesuaikan dengan kritik tertulis untuk keperluan evaluasi. Dengan kata lain, bahan-bahan yang tercatat dan terekam dapat digunakan sebagai patokan untuk menguji sewaktu diadakan analisis dan penafsiran data. Sedangkan teknik pengecekan dengan anggota yang terlibat dalam proses penggumpulan data sangat penting dalam memeriksa derajat kepercayaaan, yang dicek dengan anggota yang terlibat meliputi data, kategori analitis, penafsiran dan kesimpulan .tujuanya adalah untuk pemeriksaan derajat kepercayaan.

2.    Transferability (Keteralihan)
Bahwa hasil penelitian yang didapatkan dapat diaplikasikan oleh pemakai penelitian, penelitian ini memperoleh tingkat yang tinggi bila para pembaca laporan memperoleh gambaran dan pemahaman yang jelas tentang konteks dan fokus penelitian.
Salah satu tujuan penelitian ialah  untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat luas. Karena itu, ketika temuan penelitian berupa pola atau kaidah sudah diperoleh, tugas peneliti sebenarnya belum berakhir. Masih ada satu tugas lagi yang sangat penting, yakni melaporkan atau memublikasikan hasil penelitian tersebut  untuk kepentingan khalayak dalam bentuk laporan penelitian. Membuat laporan penelitian pada hakikatnya mengomunikasikan hasil penelitian kepada pembaca, bukan kepada diri sendiri. Untuk itu, perlu dipertimbangkan tingkat pengetahuan dan latar belakang pembaca agar laporan tersebut efektif.

3.    Depandability (Kebergantungan)
Agar data tetap valid dan terhindar dari kesalahan dalam memformulasikan hasil penelitian, maka kumpulan interpretasi data yang ditulis dikonsultasikan kepada berbagai pihak untuk ikut memeriksa proses penelitian yang dilakukan peneliti, agar temuan penelitian dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiyah.
Dengan kata lain, seberapa jauh temuan penelitian relevan dengan persoalan atau konteks dan fenomena yang sedang diteliti. Banyak sekali manfaat atau kegunaan penelitian, baik bagi peneliti maupun masyarakat luas. Bagi peneliti, penelitian akan memberikan pengalaman sangat berharga, dapat meningkatkan kualitas diri dan menyumbang karya yang berharga bagi masyarakat. Bagi masyarakat, penelitian bisa menjadi khasanah data dan informasi yang terpercaya, memberikan pengetahuan terapan untuk berbagai keperluan teknis, misalnya seagai dasar untuk mengambil sebuah kebijakan. Bagi ilmu pengetahuan, penelitian akan menyumbang pengembangan ilmu. Menurut Popper, ilmu berkembang bukan karena banyaknya informasi atau banyaknya buku yang ditulis tentang ilmu tersebut, melainkan sedikitnya kesalahan yang dibuat oleh para ilmuwan. Tentu untuk mengeliminir kesalahan tersebut, salah satu caranya ialah melalui penelitian. Tidak ada gunanya banyak pengetahuan tetapi campur-aduk antara yang benar dengan yang salah. Ilmu maju karena ada yang mengajukan teori, tetapi juga ada yang menguji teori. Teori gagal dalam pengujian akan gugur, teori lulus pengujian akan dipertahankan sampai ada pengujian yang lebih ketat.

4.    Confirmability (Kepastian)
Konfirmabilitas dalam penelitian ini dilakukan secara bersamaan dengan depandabilitas, perbedaannya terletak pada orientasi penilaiannya, konfirmabilitas digunakan untuk menilai hasil penelitian, terutama terkait dengan deskripsi temuan penelitian dan diskusi hasil penelitian. Sedangkan depandabilitas digunakan untuk menilai proses penelitian mulai pengumpulan data sampai pada bentuk laporan penelitian yang terstruktur dengan baik. Dalam penelitian ini teknik confirmability dilakukan dengan cara audit oleh dewan pakar . Dengan adanya depandabilitas dan konfirmabilitas ini diharapkan hasil penelitian dapat memenuhi standart penelitian kualitatif  yang baik.

#






               [1]Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kwalitatif  (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), 54
               [2] Sugioyono., Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. (Bandung, Al-Fabeta, 2009) hal 315
             [3] Sugioyono., Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. (Bandung, Al-Fabeta, 2009) hal 317
               [4]Burhan Bungin ,Analisis datapenelitian  kualitatif, (Jakarta ; PT Raja Grafindo Persada,2003), hal 20.
               [5]Ibid, hal 25.
             [6] Yin, Case Study Research : design and methods. (California : Sage Publication.2009), hal 46.
    [7]Imron Arifin, Penelitian Kwalitatif Dalam Ilmu-Sosial Keagamaan (Surabaya: Kalimasada Press, 1996), 4.
    [8]Bogdan, Robert & Sari Knopp Biklen..Qualitatif  research for education: and introduction to theory and methods. (Boston: Allyn & bacon Inc. 1982 )  hal, 105
    [9]Ibid,  hal 65 
         [10]Robert K Yin.  Studi Kasus : Desain dan Metode, Terj. Djauzi Muzakkir (Jakarta. Grafindo Persada, 2000),137 
         [11] Mattew  B. Miles, A. Michael Huberman, Qualitative Data Analisys A Sources Book of New Method (Baverly Hill : sage Publication, 1984), 18
       [12] Lihat secara rinci penjelasan  tentang hal ini pada  Mattew  B. Miles, A. Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif,  Penerjemah Tjejep Rohidi (Jakarta: Universitas Indonesia, 1992), 20
              [13]Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kwalitatif  (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002),  190
       [14] Mattew  B. Miles, A. Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif,  Penerjemah Tjejep Rohidi (Jakarta: Universitas Indonesia, 1992), 152
       [15] Denzin, N.K & Lincoln,. Handbook of Qualitatif Reseacrh, (London: Sage Publication, Inc. 2000) hal 187
       [16] Secara lengkap tentang analisis data model Spradley, dapat dibaca pada Spradley, James,P. Metode Etnografi, Terj: Misbah Zulfa Elisabet.( Jogjakarta, Tiara Wacana, 1997) 116-120
       [17] Pembahasan teknik pengecekan keabsahan data , secara luas dan rinci dalam dilihat pada Lincoln & Guba, Naturalistic inquiry  (Biverly Hill, sage Publication, 1985) hal  89-124

1 komentar: